Sudah dua tahun pernikahan ini.
Eits, salah. Seharusnya ‘baru dua tahun pernikahan ini’.
Yup, baru dua tahun. Masih panjang perjalanan biduk ini.
Ulangtahun kali ini lebih baik dari tahun lalu. Hmmm, wait a sec.
Kami sebetulnya berdebat tentang tanggal pernikahan yang benar. Addies ngotot bahwa tanggal ultah pernikahan kami adalah 28 Mei 2011 (kemarin), sedangkan saya ngotot tanggalnya 29 Mei 2011 (hari ini). Setelah ngubek-ngubek Akta Pernikahan, akhirnya kami sepakat bahwa ingatan saya yang paling benar. Addies tersipu. Saya tertawa geli, sambil prihatin memikirkan kemungkinan bahwa, di usia semuda itu, dia perlu Gibolan *obat pikun*. Tetapi, ini masih lebih baik, karena paling tidak kami berdua ingat yang namanya anniversary.
Kami sebetulnya berdebat tentang tanggal pernikahan yang benar. Addies ngotot bahwa tanggal ultah pernikahan kami adalah 28 Mei 2011 (kemarin), sedangkan saya ngotot tanggalnya 29 Mei 2011 (hari ini). Setelah ngubek-ngubek Akta Pernikahan, akhirnya kami sepakat bahwa ingatan saya yang paling benar. Addies tersipu. Saya tertawa geli, sambil prihatin memikirkan kemungkinan bahwa, di usia semuda itu, dia perlu Gibolan *obat pikun*. Tetapi, ini masih lebih baik, karena paling tidak kami berdua ingat yang namanya anniversary.
Ada apa di tahun lalu?
Kami berduaan betul-betul lupa kalau sedang ulangtahun, padahal itu first anniversary. Begitulah kalau dua pelupa membina rumah tangga. Untung cuma satu pihak yang lupa, jadi tidak ada pihak yang bete. Waktu itu, saya sedang hamil sekitar lima bulan dan kami masih mengontrak rumah petak di bilangan Duren Tiga, Jakarta. Jam menunjukkan Pk 8.00 malam, ketika kami baru tersadar sedang berulangtahun. Serta-merta kami ngibrit ke restoran Bakmi Jawa di seberang Gedung Sasana Pakarti-Duren Tiga, tempat resepsi pernikahan kami, sekadar merayakan kecil-kecilan. Sambil makan mie telor dan memandang gedung yang sebetulnya tidak kelihatan *gelaaap, cuma bisa melihat judul gedung*, kami berevaluasi diri, saling memuji dan mengoreksi. Sambil mengelus perut saya di mana Rei berada, kami berkhayal tentang kehadirannya dalam hidup ini.
Kami berduaan betul-betul lupa kalau sedang ulangtahun, padahal itu first anniversary. Begitulah kalau dua pelupa membina rumah tangga. Untung cuma satu pihak yang lupa, jadi tidak ada pihak yang bete. Waktu itu, saya sedang hamil sekitar lima bulan dan kami masih mengontrak rumah petak di bilangan Duren Tiga, Jakarta. Jam menunjukkan Pk 8.00 malam, ketika kami baru tersadar sedang berulangtahun. Serta-merta kami ngibrit ke restoran Bakmi Jawa di seberang Gedung Sasana Pakarti-Duren Tiga, tempat resepsi pernikahan kami, sekadar merayakan kecil-kecilan. Sambil makan mie telor dan memandang gedung yang sebetulnya tidak kelihatan *gelaaap, cuma bisa melihat judul gedung*, kami berevaluasi diri, saling memuji dan mengoreksi. Sambil mengelus perut saya di mana Rei berada, kami berkhayal tentang kehadirannya dalam hidup ini.
29 Mei 2012. Dua tahun pernikahan. Pagi-pagi foto-an dulu. Baru sadar, ada yang berbeda. Lihat perutnya. |
Kini, di tahun kedua pernikahan, Rei hadir. Kami bertigaan, bukan berduaan lagi. Yang satu
sudah jadi emak, yang satu lagi bapak. Beda bangeet yah. Beda peruuutnyaaa. Hahahah. Dua-duanya makin mengembang.
Hmm, maksudnya, kami berdua jadi punya minat, prioritas dan fokus yang berbeda, dibandingkan sebelum Rei lahir. Sesungguhnya ulangtahun pernikahan ini bukan milik berdua, tetapi milik Little Big Rei. Tidak ada yang lebih penting selain dirinya. Tanpa sadar, sebagian besar perbincangan dan rencana kami berdua ternyata tentang Rei. Simak obrolan malam kami di sini.
Hmm, maksudnya, kami berdua jadi punya minat, prioritas dan fokus yang berbeda, dibandingkan sebelum Rei lahir. Sesungguhnya ulangtahun pernikahan ini bukan milik berdua, tetapi milik Little Big Rei. Tidak ada yang lebih penting selain dirinya. Tanpa sadar, sebagian besar perbincangan dan rencana kami berdua ternyata tentang Rei. Simak obrolan malam kami di sini.
Pssst, saya masih harus menyimpan ambisi pribadi (tentang karir, tentang sekolah, tentang bisnis) dan membukanya kembali ketika siap. Rei siap, saya siap. Mungkin ini yang dinamakan 'pengorbanan ibu'?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar