Kamis, 19 April 2012

Baby-led Weaning Part 1: Lancar dan Berantakan!

Tak terasa sudah 23 hari Little Big Rei makan makanan padat dengan metode Baby-led Weaning (BLW).  Senang sekali  rasanya melihat Rei antusias pada makanan. Jadwal momma makin padat, sampai tidak lancar update blog nih.  Tetapi rasanya cerita ini harus ditulis, karena ini momen terpenting untuk hidup saya dan Rei.

Sebelumnya, saya pernah membahas definisi dan gambaran metode Baby-led Weaning di postingan ini. Baby-led Weaning (BLW) adalah pendekatan atau metode penyapihan bayi melalui pemberian makanan padat yang dipimpin atau dikendalikan oleh bayi. Bayi tidak menjadi subjek pasif (tidak disendoki), tetapi makan sendiri. Mengenyangkan bayi bukanlah tujuan akhir, karena sampai usia setahun, bayi masih dikenyangkan oleh ASI. Metode BLW lebih mengutamakan proses. Dengan makan sendiri, bayi dilatih untuk meraih, menggenggam, membawa makanan padat ke mulut dan mengunyahnya. Selain latihan koordinasi motorik (mata, tangan, rahang), bayi juga merasa senang karena acara makan adalah sebuah permainan.

Dengan metode Baby-led Weaning, bayi ASI/sufor yang memasuki usia 6 bulan tidak diberikan bubur dan puree. Jenis makanan lembut ini tidak perlu diberikan lagi (diloncati), karena sistem pencernaannya sudah siap untuk menerima makanan bertekstur kasar. Bayi belajar merasakan berbagai rasa dan tekstur asli dari makanan padat. Jenis makanan pada tahapan awal adalah batangan sayur dan buah, serta potongan daging dan ikan yang diolah. Makanan sedapat mungkin dipotong atau dibuat seukuran kepalan atau genggaman tangan bayi. Makanan seperti ini sering disebut sebagai finger food. Bayi yang sedikit lebih besar dapat menggunakan sendok untuk makanan yang lebih halus, misalnya nasi.

Nah, bagaimana ceritanya Rei dan BLW?

Little Big Rei (6 bulan, 23 hari, 9 kg) belum bisa duduk tegak sendiri, jadi belum bisa duduk di kursi makan, masih harus dipangku dan ditopang selama makan agar tidak membungkuk atau merebah. Syukurlah, momma cuek tidak perlu merasa bersalah karena belum sempat membeli kursi makannya *ngeles ;p*. Belakangan, karena banyak makanan yang jatuh dan saya merasa sayang melihat makanan terbuang, akhirnya Rei yang tadinya dipangku di depan meja makan, kini makan di matras yang bersih. Makanan yang jatuh ke matras bisa dipungut dan dimakan lagi. Saya agak sedih juga sih, Rei belum bisa makan bersama anggota keluarga di meja makan. Sebentar, suatu saat nanti ya nak!

Apa saja makanan yang dimakan oleh Rei? Saya tulis di BLW Part 2 - Rei's Food and His Intolerances, yang membahas khusus tentang makanan, biar posting ini tidak kepanjangan dan masih enak dibaca.

Sejauh ini, acara makan Rei LANCAR dan BERANTAKAN!

LANCAR, karena Rei sangat menikmati berpesta dengan makanan. Dia sudah bisa meraih makanan dari piring, menggenggam dan membawa makanannya masuk ke mulut.  Dia memotong makanan dengan gusinya. Kadang saya terheran-heran, ternyata bisa juga ya bayi yang tidak punya gigi itu memotong makanan yang cukup keras dengan gusinya, misalnya buah melon bagian bawah (dekat kulit). Rei juga mampu menghisap sari makanan dan mengunyah dengan lidah dan ludahnya. Kami bisa mendengar bunyi hisapannya.

Sepertinya Rei senang menjadi pengendali segala sesuatu, termasuk acara makan. Dia selalu ingin terlibat dalam banyak hal, padahal usianya masih segitu. Tangannya semakin panjang dan aktif meraih apapun. Saya tidak bisa membayangkan bila MPASI konvensional yang diterapkan pada Rei. Pasti saya dan dia berebutan sendok!

BERANTAKAN, karena ya namanya juga BLW. Expect the mess! Makanan belepotan di wajah, baju saya, bajunya, matras, dll.  Ini mungkin sebanding dengan dapur yang berantakan bila saya memilih MPASI konvensional. Tetapi segala sesuatu bagi saya harus dibikin praktis dan mudah. Semua yang belepotan di badan Rei dan matras tinggal diusap dengan alas ompol (dari Baby Oz atau Renata), beres! Noda di kain seperti ini mudah sekali dicuci.

Mulanya Rei masih dipakaikan baju ketika makan, tetapi sekarang saya bugili, hahaha. Maksudnya saya telanjangi  dadanya, biar saya bebas tekanan pikiran akan noda-noda bandel pada pakaian. Sekalian Rei bisa merasakan sari-sari dan potongan sayur-buah yang menetes jatuh dari mulut ke dadanya. Nyaaamm, menambah kenikmatan.

Tangan kiri pegang brokoli, tangan kanan pegang wortel

Rei yang belepotan makanan malah disukai orang-orang di rumah, karena menambah kelucuannya. Aksinya menyedot makanan sambil telanjang dada dengan wajah belepotan menjadi objek foto. 

Acara makan hanya berlangsung sekitar 30 menit—1 jam. Langsung kelihatan bila Rei ingin mengakhiri acara makan, misalnya melempar-lempar makanan dan piring atau merengek minta selesai.

 "Mungkin yang ini lebih lezat dari brokoli...".

Kadang Rei mengulum makanan terakhir di mulut sangat lama, jadi saya harus sabar memangkunya tegak lurus sampai dia mengunyah dan menelan semuanya.

Ini tanda-tanda acara makan harus berakhir. Makanan ditumpahkan. Piring dilempar. Tinggal sabar menunggu makanan yang dikulum selesai dikunyah.

Lessons-learnt dalam penyapihan dengan BLW:
1) Benar-benar harus sabar. Bayi adalah pengendali. Momma cuek juga pengendali sih, tetapi pengendali rasa ingin mengendalikan (mengontrol). Heheheh.
2) Tidak panik bila Rei sedang gagging (mengalami sedikit penyumbatan makanan di leher), meski sejujurnya saya dagdigdug dan sedikit takut. Kuncinya: sabar menunggu Rei mengatasi penyumbatan dan melepeh makanan. Tetap menopang dia duduk tegak.
3) Memperhatikan sensitivitas dan intoleransi Rei terhadap makanan (sayur dan buah sekalipun). Memutuskan perlu tidaknya aturan 4-day rule. Ini dibahas dalam posting BLW part 2: Rei's Food and His Intolerances.



Pembelajaran lain yang membuat saya terperangah adalah ternyata pemenuhan HAK PARTISIPASI ANAK yang ada di dalam Konvensi Hak Anak (UN Convention on the Rights of the Child) sebenarnya dapat dipraktikkan pada bayi!, bukan hanya pada anak yang sedikit besar, yang sudah bisa menyampaikan ide dan pendapat. Hak partisipasi dipenuhi dengan memberikan kesempatan pada bayi untuk makan sendiri, membiarkannya memutuskan kapan mau makan, kapan selesai makan, memilih makanan yang disukai dan tidak disukai, tidak memaksanya untuk makan banyak atau tidak perlu memaksanya bila memang sedang tidak ingin makan.  Dalam proses ini, orangtua tetap berperan menjadi pemandu dan pelayan anak yang menyediakan makanan bergizi dan bersih, membimbing tentang cara makan, mengantisipasi resiko alergi, dll.


5 komentar:

  1. Mom, barusan nyimak blognya nih. gemes banget sama rei ini, lucu banget :)
    Pengen nanya ni mom, itu hari pertama rei BLW, tangannya udh langsung ambil makanannya trus dimasukin mulut gitu? Atau cm di bejek2 aja tuh makanan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hari pertama BLW, Rei dikasih brokoli kukus. Dia ambil sendiri dari piring dan memasukkan ke mulutnya sendiri, dan menghisap-hisap. Dia sih gak bejek2 makanan mom, krn anaknya memang antusias makan. Hehehe

      Hapus
  2. Mom, baby rei udah dikenalin makan sebelum umur 6bln atau lebih ya? Kok jago banget BLW nya.. kebetulan baby Lila jg baru mau mulai BLW. Masih deg2an berhasil ato gak. Sempet kepikir mau start lebih maju (sblm tepat 6bln, kira2 5m 2w) biar dia pas 6 bln dah terlatih ngunyah. Hehehehe boleh gak sih kalo gitu?

    BalasHapus
  3. Mommy nya Rey mau nanya dong... bgaimana cara mengatasi gagging pada baby biar mamak ga panik n bs menangani baby dg cara yg benar

    BalasHapus
  4. Mommy nya Rey mau nanya dong... bgaimana cara mengatasi gagging pada baby biar mamak ga panik n bs menangani baby dg cara yg benar

    BalasHapus