Tampilkan postingan dengan label Little Big Rei. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Little Big Rei. Tampilkan semua postingan

Rabu, 29 Mei 2013

May's Celebrations

May is really a special month for me.

My Birthday
Our Annie Day
Our New Home
 Rei's 20 months old

What a live that God grants! All are so wonderful and magnificent!
Rei's been growing so fast that I want sometimes to pause his growth a little while,
just to enjoy every point of it.
More story to tell is our stress and happiness in the journey of building our house.
I hope I have time to write about this.

Meanwhile, let me savor all the beauty of life.

Sabtu, 11 Mei 2013

Anak BLW bisa GTM juga

Apakah anak BLW bisa beraksi GTM (gerakan tutup mulut)? Jawabannya bisa banget! And it's surprising because by winning such BLW method, I thought I would have never met this classical problem.

Dalam kurun satu bulan di bulan April lalu, Little Big Rei mengalami banyak ujian, antara lain berturut-turut mengalami:
- Dermatitis Atopik yang disertai flu dan konjungtivitis (mata merah)
- Roseola Infantum, dari infeksi virus herpes 6
- Flu
- Flu lagi



Setiap kali salah satu momma atau poppa pergi ke luar kota, kekebalan Rei sepertinya menurun (mungkin karena merasa kehilangan), jadi mudah kena penyakit dan terinfeksi virus. Kalau sakit, Rei sulit sekali makan. Tidak mau duduk di kursi makan, maunya digendong jalan. Tidak mau makan sendiri, maunya disuapin. Akhirnya metode baby-led weaning dikesampingkan dulu. Berat badan Rei turun sekilo, jadi kelihatan kurus dan seperti bukan anak kecil berbadan besar (Little Big) Rei lagi.

Jangan tanya perasaan saya. Yang pasti tidak enak, campur-campur antara sedih, stres, bingung, tetapi yang terbesar adalah perasaan bersalah karena sudah mulai aktif bekerja dan sering meninggalkan Rei. *loh kok jadi curhat?

Kembali ke topik. Tenang dulu para emak, problem GTM pada Rei bukan pada metode pemberian makan (konvensional atau BLW)  tetapi karena kondisi fisiknya. Setelah sakit berlalu, Rei kembali semangat makan kok. Sekarang Rei malah tambah lancar menggunakan sendok dan garpu ;-)



Rabu, 09 Januari 2013

New Look!

New year, new look! 


Challenged to welcome more eccentric behaviors and stubbornness of a toddler.

Kamis, 20 Desember 2012

Momma's Academic Trip to Manila - Part 2

The Manila trip in the late November 2012 was the first momentum of leaving Little Big Rei at home, for quite long time. Hmm..., long time here means two days, three nights. Hehehe. Well, that's long for me. I squeezed the trip from three days to two days because of feeling anxious to leave Rei too long. It was not my first trip to Manila anyway, so beside participating in the symposium, I was not interested at all to have a city tour, except shopping for Filipino mangoes and chicharon (fried pork skin crackers).

I didn't pump to leave any breast milk at home because my pumped milk get smelly soon for it contains too much lipase. Meanwhile, formula milk is no no! So my Little Big Rei didn't drink milk at all during the days I left. Addies deliberately took official leaves for rearing Rei and giving me chance to go. Taking care Rei without momma's breasts was a struggle. So much cries and angers in the first night, Addies told me. Rei was rather not enthusiastic of playing, but the good thing was that he maintained good appetite for food. Anyway, overall, my two men succeeded to manage life.

I was struggling myself in Manila. While my body stayed in the symposium, my mind frequently turned blank, flying to Rei. How is Rei doing now? is he crying? Could he eat well? etc. When breasts got swollen, I ran to find a room, pumping, and in such moment I missed Rei so much. I came to realize the feeling of a mother who's being separated from her child.

The waiting for the flight back to Jakarta in MNL airport frustrated me. I needed so much to pump at the time because it's been painful. After searching with my blister feet, there I found a breastfeeding room. BUT, it was locked and dark. Gosh! Why on earth they provide a closed breastfeeding room? It supposes to be opened for 24 hours. I complained and asked for helps to at least 10 different airport officers, just to get the key to open the room. No one ever helped me. It surprised me that no officer was aware that there was a breastfeeding room in the airport. They said that there was no such room. I told them there was one. That is one issue. The other one was that no one would want to help me getting the room key. They said that it was not part of their jobs and that I supposed to exit and go to the airport management locket to ask support. One officer even made a joke, with giggling saying that the room is closed today, but perhaps open tomorrow. I snapped him: You are so insensitive, man!

I was reluctant to exit the waiting room, because I must pass the bag/body scanners and later come back to face another checking. If I did this, I could have missed the flight. Only 20 minutes left. Eventually I decided to push myself to accept the situation, back sitting down in front of the boarding gate, inhaling exhaling, trying to calm down, humming all the songs I composed for Rei.

I finally landed in Jakarta at midnight. My two men picked me up at CGK airport. I sneaked to the car and there I saw Rei who looked sleepy, but anxious. I whispered, calling his name. Rei turned his head and starred at me strangely, as if couldn't believe that I'd be back. He gave me a very nice little smile, but silent. He didn't make any sound at all, but fingered my breasts. After all the separation, what he really needed the most, at the first time seeing me again, was sucking me. He fell asleep so fast after breastfed. No sound till we arrived at home.

In the next days, Rei get used to sleep without me and breasts in the morning or afternoon, which is a good thing for preparing a weaning. It is also a lot easier for Addies to make Rei sleep on his hands. Well, the lessons learnt about separation is that sometimes it's good for the three of us, the team.

Selasa, 20 November 2012

Baby-led Weaning Part 8: Disuapin bila...

1) Little Big Rei sedang sakit. Kalau sedang terkena reaksi alergi seperti batuk dan pilek, Rei maunya lengket dalam dekapan dan pelukan. Maunya dipangku dan disuapin makan, tidak mau didudukkan di kursi makannya.

2) Sedang bepergian dan situasi tidak memungkinkan untuk anak makan sendiri. Contohnya ketika keluarga jalan-jalan ke kebon binatang Ragunan. Alamak, kotor sekali udara dan lingkungannya. Toilet jauh dan jorok. Karena merasa kurang higienis, meski bisa membersihkan tangan Rei pakai air mineral atau tissue basah, tetap saja saya kehilangan percaya diri untuk membiarkan Rei pegang makan sendiri. Jadi saya suapin deh. Meski begitu, beberapa kali Rei spontan mengambil anggur waktu kami lesehan.

3) Rei sedang aktif sekali bermain dan tidak mau didudukkan di kursi makan, padahal jadwal makan sudah terlambat. Biasanya saya menghampirinya di tempat bermain dan menyuapkan sedikit buah sebagai snack. Kalau hasrat makan (apetite) sudah muncul, lanjut makan berat di meja makan.

4) Rei menolak makanan baru atau makanan yang teksturnya terlalu lembek (note: saya pernah salah buat siomai). Rei tidak mau pegang makanannya. Saya akhirnya menyuapi makanan itu untuk memperkenalkan. Bila dia merasa cocok dengan makanan itu, biasanya dia akan berani mengambil dan melumatnya.

5) Minum kuah sayur atau sup ikan (dengan sendok). Dia juga bisa meminumnya lewat cangkir.

6) Sedang belajar menggunakan sendok. Tangan saya mengarahkan tangan Rei yang sedang pegang sendok, membantu menciduk makanan. Selanjutnya dia sudah bisa mengarahkan sendok ke dalam mulutnya.

7) Saya sedang sakit atau kelelahan, sehingga tidak mampu membersihkan kursi makan, ceceran makanan dan baju kotornya kalau dia makan sendiri.

Markisa, buah favorit Rei (14 bln). Kadang saya suapin biji markisa yang jatuh ke piringnya.
 
Pada akhirnya, metode baby-led weaning tetap fleksibel kok. Berdasarkan pengalaman saya, sesekali menyuapi bayi atau toddler yang sejak usia 6 bulan sudah full BLW seperti Little Big Rei, tidak akan mengurangi ketrampilannya makan sendiri atau menimbulkan  ketergantungan untuk disuapi. Oya, sambil  disuapi, anak BLW pasti 'gatel' mau tetap pegang-pegang makanan dan memasukkan ke mulut.

Jadi menyuapi tidak dilarang. Intinya, baca bayi kita dan baca situasi. As for dining, always keep baby and momma happy and connected :-)

Minggu, 14 Oktober 2012

Birthday Boxes

Di acara barbeque, merayakan ulangtahunnya yang pertama, Little Big Rei mendapatkan kado dari tante, kakak dan abangnya.

"Coba, yang ini kartu ultah dari mana nih?"

"Hehehe, lucu-lucu ya kartunya!"

"Yang ini dari tante Ingo. Udah aku maenin di bak mandi. Udah aku banting juga" :p

"Ini celanaku! dari tante Tika, kakak Retha dan abang Nuel"

"Asyik nih gitar, bikin aku ketawa dan bergoyang. Ini dari tante Eva dan trio M"

Selasa, 25 September 2012

Celebrating the First Year of Motherhood



Celebrating Little Big Rei's first birthday (which is today) means also celebrating my first year of motherhood. In fact, mother's day for me is today. I could've already been called a momma since detected pregnant though, but the date of Rei's arrival is more momentous.

Today, in the set mother's day, I lead myself to reflect:

Have I been a successful and happy momma? or the poor momma with failures?
Have I been enjoying the first year, counting things as blessings or 
have I been too much complaining?
Have I been an expert in dealing with motherhood stress and blues?
Have I been accepting or regretful of all the sudden personal changes: body, thoughts, emotions, career, time, sex/sexuality, life priorities?

My flash-back drew the good and bad times. There are ups and down, which shows that momma is a human. During the first year, I was cranky. I yelled. I cried. I was scarily mad. I complaint. Albeit, I smiled, I laughed, I sang and I praised. I've been going through the first year with so much confusions, about myself and about the roles. Yet, I learned from scratch. And here I am, ...  staying learning.


I came to the conclusion that there is in fact no constant state of motherhood. And that is why I hate the construction of The Perfect Mom. Thus, demanding momma(s) to be always happy and smiling while letting her struggling to deal the awkward situation by her own, is rather a crime.

Nevertheless, the reflection questions also lead me to grasp the bright sides. There are so much to rejoice in this mother's day. Three celebrations at least. The first one is about myself. I'm feeling positive about being a mother. The second one is the outcome. Yeah, the little boy. Starring at the sleeping Rei at this moment, reflecting on how well he grows, has moved me to congratulate myself as the outstanding momma. That is how my beloved Addies evaluated me. Finally, the third one is the satisfaction on the balance relationships between motherhood and fatherhood, with all the divisions of power and roles. I highly respect Addies for this. He has made me desirably wanting to write about the Measures of a Father.

So yeaayy, congrat me!




Happy First Birthday!


Celebrating birthday at Ragunan Zoo

Time flies! 
Wasn't he just out of my tummy, reddish, cranky, crying for hugs and milk? 
Today he's one year old already. 
Happy birthday, Little Big Rei! 
Welcome to toddler years.
*emaksiap2tambahkurus.

Kamis, 13 September 2012

Baby-led Weaning Part 7: Daur Ulang

Mulai usia 9 bulan,  Little Big Rei sudah makan di high chair (HC). Dulu saya tidak mau mendudukkannya di High Chair, karena makanan yang jatuh ke lantai tidak bisa dipungut lagi. Jadi, saya dudukkan dia di matras. Makanan yang jatuh akan saya pungut untuk saya makan *pemulung mode on*.  Hari lepas hari, Rei (sekarang 11 bulan), semakin meningkat kecerdasan makannya. Makin sedikit makanan yang jatuh dari tangan Rei. Yang jatuh dari high chair ke lantai ya direlakan saja.

Saya jadi ingat, ketika Rei masih makan di matras, saya suka daur ulang makanannya menjadi makanan saya. Saya buatkan nasi bakar ini, terutama bila menu Rei dari bahan ayam dan daging sapi.



Tinggal tambahkan garam, lada, bawang putih, cabe rawit iris dan kemangi. Tumis adonan nasinya dengan mentega. Bungkus di dalam daun pisang dan panggang di atas frying pan. Yummy!



Selasa, 11 September 2012

Jagoan Selang

Little Big Rei (11 bulan), sangat terobsesi dengan selang. Sejak pertama kali melihat Ompung Doli (kakeknya) menyiram tanaman, dia jatuh cinta dengan barang itu. Tiap kali ompung memegang selang dan air muncrat keluar dari lubangnya, Rei akan menatap peristiwa itu dengan penuh makna.

Minggu lalu, si Ompung pergi ke Medan. Tugas menyiram tanaman harus dialihkan ke orang lain. Di suatu sore, saya pergi ke taman, bermaksud menyiram tanaman. Saya taruh Rei di atas rumput. Ternyata, dia yang ingin jadi tukang kebun. Hmmm, why not gving Rei a chance to do it? Check it out!


"Bosan makan rumput, momma! Aku mau main selang."

"Hmph, aku harus bergerak sendiri. Kayaknya di sini deh tempatnya."


"Yup, di lubang ini!"




"Ahaaa! Kutemukan selangmu Ompung!"

"Kamu lihat ya, aku bisa membuka selang ini. Simsalabim!"


"Tarrraaa!"


"Aku bahkan bisa menambah derasnya, ..."

"...dan membuat efek hujan."


"I'm a water mania, momma!"


Setelah mengamati Ompungnya menyiram bunga kesekian kali, akhirnya Rei bisa menemukan tempat selang (di lubang) dengan merangkak, menarik selang, memutar klep, menyemprot dan membuat efek hujan. Asli, ini prakarsanya Little Big Rei. Momma berperan pada bagian ternganga-nganga dan terheran-heran. Kok bisa ya bayi 11 bulan berinisiasi untuk menstimulasi dirinya seperti ini? Sisanya, momma cuma mengikuti dan memfasilitasi intuisinya.  

Selamat berkebun, nak!




Senin, 02 Juli 2012

Baby-led Weaning Part 6: Rei dan Paha Ayam

Rasanya kurang sabar menunggu Rei makan paha ayam kampung. Sebenarnya, dianjurkan bayi makan protein hewani pada usia 8 bulan. Tetapi dua minggu menjelang usia 8 bulan, saya sudah curi start memberikan Rei paha ayam. Rasa jiper saya tentang tersedak sudah berkurang di tahap ini, tetapi tentu saja, Rei harus diawasi ketat dan tidak boleh ditinggal pada saat makan.

Paha ayam + nasi ati ayam + kacang panjang. Kaldu untuk diminum.

Mari kita lihat bagaimana Rei bermain dengan menu ini.

Menyedot paha ayam dan bermain kacang panjang
Ganti-gantian: kacang panjang dan ayam


Mencabik paha ayam sampai tinggal tulangnya
Tadinya saya berikan Rei kaldu ayam dengan menyendokinya. To my surprise, dia tarik mangkuk yang berisi kaldu dari tangan saya dan meminum kaldunya langsung dari mangkuk. Sejak saat itu, saya sediakan kaldu di silicon cup supaya bisa langsung diminum.


Minum kaldu ayam kampung

Dan inilah hasil akhir dari semuanya itu.


The mess he left

Baby-led Weaning Part 5 - Food for Baby 8m+

Berenang dalam lautan bihun.

Saatnya mengumpulkan berbagai menu makan Little Big Rei setelah beranjak 8 bulan (note: sekarang Rei sudah 9 bulan). Di tahap ini, bahan makanan sudah bisa dicampur-campur alias di-resep. Ada yang sangat disukai Rei, ada yang tidak. Saya tambah belajar mengenali selera Rei. Saya kumpulkan gambar menu di sini. Sebetulnya banyak juga menu yang bahan makanannya utuh (tidak dicampur-campur), tetapi diberi bumbu (tanpa gulgar). Ini agar Rei mengenali tekstur dan rasa asli makanan itu. 

Tidak semua menu bisa ditulis cara membuatnya. Selain karena kurang waktu, juga karena nyamuk-nyamuk sialan ini sangat mengganggu di malam hari. Jadi, pengennya saya cepat-cepat masuk kelambu.  

Bakso Ayam Oatmeal. Cara buatnya sama seperti bakso yang lain, tetapi tepung tapioka atau terigu atau kanji diganti dengan Oatmeal. Ini karena Rei sudah lulus oatmeal dan saya enggan tes tepung-tepungan. Masih banyak jenis makanan penting yang antri diuji.

Bakso ayam oatmeal


Nasi Kuning Lele. Bawang putih, bawang bombay dan kunyit disangrai di atas fry pan sampai harum, masukkan lele cacah (tanpa duri), masukkan air. Sisihkan kaldunya. Lele  dan sedikit kaldu tetap di atas fry pan. Masukkan nasi, aduk sampai air kering. Angkat.



Nasi Ungu dan Nasi Hijau. Cara membuatnya sama dengan nasi kuning. Ungunya didapat dari cacahan buah bit. Hijau didapat dari brokoli.


Nasi ungu + Buncis panggang

Sup iga. Tulangnya dibuang karena tajam. Rei kenyot dagingnya saja

Nasi Hijau + Sup Iga

Percaya ngga, bayi 7-9 bulan bisa mencabik-cabik dan makan paha ayam kampung? Daging ayam tidak dihaluskan atau di-blender. Ini dia: Nasi Ati Ayam + Paha Ayam Kampung + Kacang Panjang + Kaldu. Ayamnya dikasih utuh seperti dalam gambar. Ada foto Rei makan ayam ini and the mess he left di sini ;-))

Nasi ati + ayam kampung

Rei suka sekali belut panggang! Sangrai bawang putih, bawang bombay, kemiri (kadang untuk gurihnya kemiri bisa diganti kunyit atau ketumbar). Masukkan belut. Panggang di atas frying pan sebentar. Masukkan air dan kentang untuk membuat kaldu. Angkat kaldu secukupnya untuk diminum. Tinggalkan belut dan kentang dengan sedikit kaldu, panggang lagi sampai kering. Semua bahan protein hewani yang dipanggang melalui cara panggang seperti ini.


Ini juga kesukaan Rei: Belut dan nasi panggang.

Nasi dan belut ludes, Tinggal labu.

Makan nasi kuning. Tak lupa kaki diangkat ke atas piring ;-))

Vegetarian food: kapri + genjer + kentang + jeruk baby. Tinggal dipilih.

Kentang panggang bisa diganti nasi. Nasinya dipanggang juga. Alternatif karbohidrat lainnya adalah bihun, jagung manis rebus dan oatmeal. Supaya bisa dipegang, oatmeal dicampur dengan daging sapi, ayam atau ikan untuk dibuat bakso.

 

 

Kentang panggang dan belut panggang. Yummy!



Lele rebus dan bihun (direbus dengan kaldu lele)

Daging + kentang panggang. Kapri + cacahan brokoli


Gabus panggang. Nasi gurih dengan kacang polong.


Masih diberikan makanan utuh: Lele + jagung

Kukus-kukusan dan Rebus-rebusan

Kentang isi sayur (dikukus)


Pastel tutup ubi. Siapkan dua sendok makan.

Menu Manis untuk Santapan Sore

Pear-Kurma-Oatmeal

Sup buah: pear + alpukat






Diberi alternatif: Bola ubi mangga + Jeruk baby + Melon.



Sabtu, 23 Juni 2012

Lupakan Sejenak Mainan Bayi


Langit, semilir angin dan air. 
Pohon yang bergoyang, buah, daun, cabang dan rantingnya
Gerak lalat, semut dan kupu-kupu. 
Kicauan burung dan eongan kucing. 
Potongan makanan: sayur, buah, paha ayam.
Barang-barang orang dewasa: buku, kabel, tali temali, handphone, Android pad,dll

Little Big Rei tergila-gila dengan semua itu. Bermain dengan mereka.
Mendengar, meraba, mengamati, merasakan.
Menggenggam, menghisap, mengunyah.

Ini kaktus, nak!

Sebaliknya, Rei cepat bosan dengan mainan bayi. Sudah sadar pula bahwa diberi mainan bayi sama artinya bahwa sebentar lagi ditinggal emak *masak, nyuci, mandi, makan*. Jadi dia terima mainan itu dengan mewek.

Suatu saat, di atas pangkuan saya, Rei pernah ternganga dengan semprotan air dari selang yang dipegang ompungnya. Matanya tak berkedip melihat dan mendengar air muncrat yang membuat tanaman bergoyang. Rei telah menginspirasi saya untuk memandikannya di bawah pancuran air, tidak di bak yang airnya sudah diisi. Dia begitu semangat, tertawa cekakak cekikik. Matanya berkilat. Tangannya meraih air yang mancur, ingin menggenggam. Kakinya bergerak seperti lele dumbo.

So I’ve been thinking lately about how babies actually could stimulate their cognitive and motor. 

Sesungguhnya kita tidak perlu membeli mainan bayi yang mahal dan sophisticated, tidak perlu meng-update mainan bayi tercanggih dan terbaru. Lupakan sejenak the stupid toys berbunyi krincing-krincing atau tetot-tetot. 

Bayi dapat menstimulasi kognitif dan motoriknya sendiri, belajar yang natural di sekelilingnya. Tinggal amati ke mana mata, tangan dan kakinya mengarah dan mengikuti intuisinya. Orang dewasa hanyalah fasilitator.

Oh, Little Big Rei, I have been learning a lot from you ;-))

"Kalau ini adenium, sayang".

"Sebentar lagi, momma panen cabe nih."
Rei suka sekali bunga ini *momma gak tahu namanya*.