Kerupuk ini oleh-oleh dari kakak saya, Vera (emaknya Reva), yang bekerja di Balikpapan dan sedang mendapatkan libur di Jakarta *welcome home, sis!.
Amplang, oleh-oleh khas Samarinda |
Amplang terbuat dari ikan pipih atau belida atau lopis (Notopetrus Chitala). Dulu ikan lopis ini dipakai untuk membuat pempek, tetapi karena kelangkaannya sekarang dialihkan ke ikan tenggiri. Lopis berpunggung seperti pisau dan karena keunikannya sering dipelihara di akuarium.
Sebenarnya ikan ini hidup di sungai, jadi merupakan ikan laut tawar. Karena bukan makanan laut, saya pikir aman nih untuk disantap. Tapi setelah saya makan tiga butir *sambil gemetar antara nafsu dan takut* dan menyusui Rei, pada malam hari, kok ada ruam dan bintik merah khas alergi di selangkangan dan wajahnya Rei? *sssst..janganbilangsuamisaya*. Rasanya tidak ada pemicu alergi lainnya hari itu selain amplang. Pupuslah harapan makan kriuk-kriuk. Padahal amplang ini rasanya enak dan gurih, tidak seperti kerupuk ikan biasa, yang kadang masih bau amis.
Oh, mengapa banyak cobaan di minggu ini? *usapmuka*. Hmm, harus ada penggantinya nih. Terbersitlah ide *ting!* untuk minta bantuan ART mencari kerupuk bawang mentah dan menggorengnya. Lumayan, jadi tidak ileran waktu melihat seisi rumah makan amplang.
Kerupuk bawang. Ini juga tak kalah enak. |
Catatan: Pagi-pagi, waktu Addies (poppanya Rei) ganti celananya Rei, dia tanya ke saya: "kok Rei merah-merah lagi sayang?". Saya bungkam seribu bahasa, lalu ngacir ke luar kamar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar