Jumat, 17 Februari 2012

Call me Crazy in Valentine’s Day



Akhirnya berakhir juga gonjang ganjing menentang Valentine’s Day. Berlalu sudah status FB seperti: “People call it Valentine’s Day, I call it Tuesday” atau “No Valentine’s Day. I’m a Moslem”.  Selesai juga hiruk pikuk demo mengharamkan hari raya ini. Sekarang keadaan sudah tenang kembali. Tiap tahun seperti ini, macam rutinitas saja.

Kenapa hari Valentine ini begitu dibenci banyak orang ya? Terlepas dari sejarah valentine yang saya tidak mau bahas di sini *googlingajasendiri*, alasan penolakan  yang ini betul sekali. Kasih sayang seharusnya diberikan dan diterima setiap hari, tidak hanya valentine’s day saja. Setuju. Tetapi kalau alasan yang satu ini: Di hari Valentine, banyak anak muda bermabuk alkohol dan melakukan free sex. Heehhh? Bukannya kejadian seperti itu juga bisa muncul setiap hari? Yah, namanya juga manusia. Lebih enak mengkambinghitamkan momentumnya daripada nafsunya.

Saya bukan peraya Valentine’s Day, tetapi agak geli mengamati sewotnya orang yang tidak merayakan hari valentine dan membuat gerah orang yang merayakannya secara positif dan tulus. Mereka seperti hakim yang memberikan judgement bahwa merayakannya adalah dosa *emangsiapasihkamu? Apa salahnya memiliki hari spesial untuk berkasih-kasihan atau memberikan kado kecil, yang tak seberapalah nilai uangnya, untuk membuat ceria seseorang di suatu hari?

Meski bukan orang yang merayakan hari valentine, saya kok ya lebih senang melihat sepasang orang berkasih-kasihan, bersayang-sayangan, berpelukan bahkan berciuman bibir *didepanumumgakpapa*, daripada melihat orang-orang tawuran, korupsi, berkelahi di sidang DPR atau beranarkis seperti FPI dan daripada melihat demo yang mengharamkan hari Valentine ini.

Call me crazy, tapi sungguh deh, rasa kasih semakin langka di jaman ini. Masyarakat semakin bersekat, memikirkan diri dan kepentingan diri, tidak punya ruang hati untuk sedikit memberikan courtesy bagi orang lain. Not to mention, berlakunya ridicule rules. Cinta diatur-atur: “ tidak boleh berciuman di depan umum”, “laki-laki dan perempuan tidak boleh berdua-duaan, dll.

Ooh, saya merindukan cinta bertebaran di mana-mana… di mana-mana… di mana-mana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar