Tak terasa sudah 23 hari Little Big Rei makan makanan padat
dengan metode Baby-led Weaning (BLW). Senang
sekali rasanya melihat Rei antusias pada
makanan. Jadwal momma makin padat, sampai tidak lancar
update blog nih. Tetapi rasanya
cerita ini harus ditulis, karena ini momen terpenting untuk hidup saya dan
Rei.
Sebelumnya, saya pernah membahas definisi dan gambaran metode Baby-led
Weaning di
postingan ini. Baby-led Weaning (BLW) adalah pendekatan atau metode penyapihan bayi melalui pemberian makanan padat yang dipimpin atau dikendalikan oleh bayi. Bayi tidak menjadi subjek pasif (tidak disendoki), tetapi makan sendiri. Mengenyangkan
bayi bukanlah tujuan akhir, karena sampai usia setahun, bayi masih
dikenyangkan oleh ASI. Metode BLW lebih
mengutamakan proses. Dengan makan sendiri, bayi dilatih untuk meraih,
menggenggam, membawa makanan padat ke mulut dan mengunyahnya. Selain latihan koordinasi motorik (mata, tangan, rahang), bayi
juga merasa senang karena acara makan adalah sebuah permainan.
Dengan metode
Baby-led Weaning, bayi ASI/sufor yang memasuki usia 6 bulan tidak
diberikan bubur dan
puree. Jenis makanan lembut ini tidak perlu
diberikan lagi (diloncati), karena sistem pencernaannya sudah siap untuk menerima makanan bertekstur kasar. Bayi belajar
merasakan berbagai rasa dan tekstur asli dari makanan padat. Jenis
makanan pada tahapan awal adalah batangan sayur dan buah, serta potongan
daging dan ikan yang diolah. Makanan sedapat mungkin dipotong atau
dibuat seukuran kepalan atau genggaman tangan bayi. Makanan seperti ini
sering disebut sebagai
finger
food. Bayi yang sedikit lebih besar dapat menggunakan sendok untuk makanan yang
lebih halus, misalnya nasi.
Nah, bagaimana ceritanya Rei dan BLW?
Little Big Rei (6 bulan, 23 hari, 9 kg) belum bisa duduk tegak
sendiri, jadi belum bisa duduk di kursi makan, masih harus dipangku dan ditopang selama makan agar tidak membungkuk atau
merebah. Syukurlah,
momma cuek tidak perlu merasa bersalah karena belum sempat membeli kursi makannya *
ngeles ;p*. Belakangan, karena
banyak makanan yang jatuh dan saya merasa sayang melihat makanan terbuang,
akhirnya Rei yang tadinya dipangku di depan meja makan, kini makan di matras
yang bersih. Makanan yang jatuh ke matras bisa dipungut dan dimakan lagi. Saya agak sedih
juga
sih, Rei belum bisa makan bersama anggota keluarga di meja makan.
Sebentar, suatu saat nanti ya nak!
Sejauh ini, acara makan Rei LANCAR dan BERANTAKAN!
LANCAR, karena
Rei sangat menikmati berpesta dengan makanan. Dia sudah bisa meraih makanan
dari piring, menggenggam dan membawa makanannya masuk ke mulut. Dia memotong makanan dengan gusinya. Kadang
saya terheran-heran, ternyata bisa juga ya bayi yang tidak punya gigi itu
memotong makanan yang cukup keras dengan gusinya, misalnya buah melon bagian bawah (dekat
kulit). Rei juga mampu menghisap sari makanan dan mengunyah dengan lidah dan
ludahnya. Kami bisa mendengar bunyi hisapannya.
Sepertinya Rei senang menjadi pengendali segala sesuatu,
termasuk acara makan. Dia selalu ingin terlibat dalam banyak hal, padahal
usianya masih segitu. Tangannya semakin panjang dan aktif meraih apapun. Saya
tidak bisa membayangkan bila MPASI konvensional yang diterapkan pada Rei. Pasti
saya dan dia berebutan sendok!
BERANTAKAN,
karena ya namanya juga BLW. Expect the
mess! Makanan belepotan di wajah, baju saya, bajunya, matras, dll. Ini mungkin sebanding dengan dapur yang
berantakan bila saya memilih MPASI konvensional. Tetapi segala sesuatu bagi
saya harus dibikin praktis dan mudah. Semua yang belepotan di badan Rei dan
matras tinggal diusap dengan alas ompol (dari Baby Oz atau Renata), beres! Noda
di kain seperti ini mudah sekali dicuci.
Mulanya Rei masih dipakaikan baju ketika makan, tetapi
sekarang saya bugili, hahaha.
Maksudnya saya telanjangi dadanya, biar
saya bebas tekanan pikiran akan noda-noda bandel pada pakaian. Sekalian Rei
bisa merasakan sari-sari dan potongan sayur-buah yang menetes jatuh dari mulut
ke dadanya. Nyaaamm, menambah kenikmatan.
|
Tangan kiri pegang brokoli, tangan kanan pegang wortel |
Rei yang belepotan makanan malah disukai orang-orang di
rumah, karena menambah kelucuannya. Aksinya menyedot makanan sambil telanjang
dada dengan wajah belepotan menjadi objek foto.
Acara makan hanya berlangsung sekitar 30 menit—1 jam. Langsung
kelihatan bila Rei ingin mengakhiri acara makan, misalnya melempar-lempar makanan dan piring
atau merengek minta selesai.
|
"Mungkin yang ini lebih lezat dari brokoli..." | . |
Kadang Rei mengulum makanan terakhir di mulut sangat
lama, jadi saya harus sabar memangkunya tegak lurus sampai dia mengunyah dan
menelan semuanya.
|
Ini tanda-tanda acara makan harus berakhir. Makanan ditumpahkan. Piring dilempar. Tinggal sabar menunggu makanan yang dikulum selesai dikunyah. |
Lessons-learnt dalam penyapihan dengan BLW:
1) Benar-benar harus sabar. Bayi adalah pengendali.
Momma cuek juga pengendali
sih, tetapi pengendali rasa ingin mengendalikan (mengontrol). Heheheh.
2) Tidak panik bila Rei sedang
gagging (mengalami sedikit penyumbatan makanan di leher), meski sejujurnya saya
dagdigdug dan sedikit takut. Kuncinya: sabar menunggu Rei mengatasi penyumbatan dan melepeh makanan. Tetap menopang dia duduk tegak.
3) Memperhatikan sensitivitas dan intoleransi Rei terhadap makanan (sayur dan buah sekalipun). Memutuskan perlu tidaknya aturan 4-day rule. Ini dibahas dalam posting
BLW part 2: Rei's Food and His Intolerances.
Pembelajaran lain yang membuat saya terperangah adalah ternyata pemenuhan
HAK
PARTISIPASI ANAK yang ada di dalam Konvensi Hak Anak (
UN Convention on the Rights of
the Child) sebenarnya dapat dipraktikkan pada bayi!, bukan
hanya pada anak yang sedikit besar, yang sudah bisa menyampaikan ide dan pendapat. Hak
partisipasi dipenuhi dengan memberikan kesempatan pada bayi
untuk makan sendiri, membiarkannya memutuskan kapan mau makan, kapan selesai makan, memilih
makanan yang disukai dan tidak disukai, tidak memaksanya untuk makan banyak
atau tidak perlu memaksanya bila memang sedang tidak ingin makan. Dalam proses ini, orangtua tetap berperan menjadi
pemandu dan pelayan anak yang menyediakan makanan bergizi dan bersih, membimbing
tentang cara makan, mengantisipasi resiko alergi, dll.