Dekil, kena becek. Pinggiran sepatu mengelupas. Kebetulan ukuran yang pas untuk jogging cuma ini. Ini juga pinjam :-D |
dan celana legging yang sedikit robek di dengkul dan juga karena ngga dandan *ala saya lah*, maka ketika
mengantarkan Reva bersekolah, setelah ber-jogging, ada seorang ibu yang sepertinya menyangka saya
asisten rumah tangga yang sedang mengasuh anak orang. Ibu ini bertanya pada
Vera, kakak saya (yang penampilannya kelihatan lebih ‘sah’ sebagai emak): “Ih, cakep
amat tuh anak, anaknya siapa?”.
Saya sedang menggendong Little Big Rei di
samping kakak saya, tetapi mengapa ibu itu tidak bertanya kepada saya? Lantas Vera membalas: “Itu
keponakan saya, anak adik saya. Lah, ini emaknya.”, sambil menunjuk ke saya.
Ibu itu melongo melihat saya.
Saya diam, mengeloyor pergi. Nasib jadi orang jelek yang punya
anak cakep.
Saya lirik sepatu di kaki saya. Ah, tapi mungkin bukan karena sepatu rombeng ini saja, tetapi keseluruhan penampilan saya.
Saya lirik sepatu di kaki saya. Ah, tapi mungkin bukan karena sepatu rombeng ini saja, tetapi keseluruhan penampilan saya.
Akhirnya saya merasakan pahit yang ibu saya rasakan. Dulu ibu
saya dekil dan kurus kering, sering bepergian menggendong Danny, adik saya. Danny berkulit putih bersih dan mancung. Katanya dulu dia kayak ‘bule’.
Adik saya ini ‘fotokopi’ ompung doli (babenya babe saya) yang memang ganteng. Banyak
orang tidak percaya Danny itu anak ibu saya. Bahkan ada seorang bapak yang ‘mengintil’
ibu saya sampai ke rumah sakit ketika menemani Danny vaksin, saking curiga ibu saya membawa
lari anak orang. Ada pula jemaat gereja yang mencurigai ibu saya selingkuh, sampai
melahirkan anak yang berbeda penampilannya *babe juga berkulit gelap dan gak
ganteng-ganteng banget. Hihihi, sori be*. Akhirnya, waktu ompung doli sedang berlibur ke
Jakarta, ibu saya membawa mertuanya ke gereja untuk ditunjukkan ke jemaat: “Ini
lhoo, anak saya mirip kakeknya.”
Ah, tetapi banyak juga kok orangtua yang beruntung seperti saya. Jelek
dan dekil, tetapi punya bayi yang cantik dan ganteng. Orangtua seperti itu malah lebih sering mengucapkan syukur, daripada yang dari sananya sudah cakep dan punya bayi yang cakep pula. Di situ jugalah seninya
membuat anak. Selama hamil, tidak akan tertebak penampilan si bayi nanti seperti apa atau akan mirip siapa.
Eh, tetapi jelek dan cakep kan hanya interpretasi manusia. Dan bila manusia melihat sisi luar, karena memang hanya Tuhanlah yang melihat hati ;-D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar